Sunday 9 December 2012

Kenapa Shalat orang juga bermaksiat?



"Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS. 29 : 45)

Berdasarkan zahir ayat ini, setiap orang yang shalat tidak akan melakukan perbuatan keji dan mungkar. Tapi, hal ini bertentangan dengan realita di lapangan. Banyak orang shalat tapi mencuri, korupsi, berbohong dan melakukan perbuatan mungkar lainnya. Bahkan, ada orang yang shalat tapi ia tetap melakukan dosa besar. Sekilas antara kedua hal ini terlihat kontradiktif. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kontradiksi itu tidak akan kita temukan.


Untuk melihat hakikat teori dan realita ini ada baiknya kita simak sebuah riwayat yang berkaitan dengan hal ini. Disebutkan terdapat seorang sahabat yang rajin shalat, tetapi pada saat yang bersamaan dia juga dikenal sebagai pelaku maksiat. Shalat dan maksiatnya seperti berjalan bergandengan, kontras dengan zahir ayat (QS. 29L 45) di atas. Di antara sahabat nabi yang lain ada yang mempertanyakan hal ini kenapa bisa terjadi. Nabi saw. menjawab, "Suatu saat nanti shalatnya akan mencegahnya dari maksiat itu." Benar apa yang dikatakan Nabi, beberapa waktu kemudian terdengar kabar bahwa orang itu telah tobat dan meninggalkan maksiatnya.

Hadis ini mengandung rahasia yang dalam terkait dengan penjelasan ayat di atas bahwa shalat seseorang bisa mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar. Satu hal yang perlu digaris bawahi, seperti yang terjadi dalam kisah di atas, pencegahan shalat terhadap perbuatan keji dan mungkar tidak bersifat spontan dan drastis. Karena kata “mencegah” tidak berarti membelenggu, tetapi kata “mencegah” ini lebih dekat maknanya dengan melarang. Sifat sebuah larangan atau pencegahan tidak mengikat. Sikap selanjutnya setelah larangan atau pencegahan turun kembali pada pihak yang dilarang. Ini bisa kita analogikan seperti ini, agama melarang umatnya melakukan maksiat, tapi dilakukan atau tidaknya larangan itu kembali kepada umat itu sendiri.


Namun demikian, dalam shalat terdapat satu rahasia dan keajaiban yang terkait dengan masalah pencegahan dari perbuatan keji dan mungkar ini yang tidak ada dalam ibadah-ibadah lainnya. Shalat adalah satu-satunya ibadah yang membuat manusia menghisab dirinya sendiri sebelum dihisab Allah pada hari kiamat nanti. Bayangan-bayangan maksiat yang dilakukan seseorang akan senantiasa hadir dalam shalatnya. Seorang pencuri akan diingatkan dosa curiannya dalam shalat. Di samping itu, shalat juga akan menghadirkan rasa penyesalan dalam dirinya atas perbuatan dosa yang telah dilakukan. Selama dia masih mendirikan shalat, maka selama itu pula dia akan diingatkan terus menerus akan dosa itu yang pasti membuat dia tidak merasa nyaman.

Kelebihan ini tidak ada pada ibadah lainnya, seperti haji yang barangkali ada yang menunaikannya justru untuk menutupi dosa bahkan untuk melanjutkan dosa berikutnya. Begitu juga zakat, kadang ditunaikan oleh seorang koruptor, bukan hanya untuk berbangga-bangga, tapi justru untuk menjustifikasi bahwa korupsi yang dia lakukan itu juga merupakan jalan kebaikan. Sehingga, tidak jarang seorang yang sangat dermawan ternyata di sisi lain juga seorang koruptor ulung. Di lain kesempatan, kadang perasaan bahwa dengan berzakat dosa korupsinya telah tertebus pun bisa hadir. Dari sini kita bisa melihat bahwa ibadah-ibadah ini berbeda sekali dengan shalat dalam hal menjaga seseorang.

Adapun shalat yang dilaksanakan dengan niat riya (baca: menipu) manusia, bukan lantaran panggilan rasa kewajiban tidaklah memberikan apa-apa bagi seseorang. Karena pada hakikatnya, dia bukanlah menunaikan shalat, tapi menipu orang-orang yang shalat untuk menarik hati mereka. Shalat yang mereka lakukan tidak lebih dari gerakan-gerakan yang tak berbeda dengan gerakan berjalan, main bola dan sebagainya. Jika orang yang seperti ini tidak berubah lantaran “gerakan” shalat yang dia lakukan, maka janganlah anda menyalahkan ayat (QS. 29: 45) di atas. Karena mereka pada hakikatnya tidaklah melakukan shalat. Mereka inilah yang dikatakan nabi sebagai orang yang semakin jauh dari Allah lantaran “gerakan” shalat yang dia lakukan. Sabdanya, “Siapa yang shalat tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka shalat itu hanya menambah jauh antara dia dengan Allah.”


Jika kenyataan shalat demikian, wajarkah menurut anda shalat itu diwajibkan lima waktu dalam sehari semalam? Bagi saya, sangat wajar, agar umat ini selalu terjaga dan bersih sepanjang waktu sampai ajal menjemputnya. Selanjutnya, wajarkah menurut anda, shalat menjadi amalan pertama yang dihisab pada hari kiamat nanti, yang mana jika shalat seseorang bagus, maka bagus juga seluruh amalnya, jika tidak maka rusaklah seluruh amalnya? Jawaban saya masih sama, bahwa itu sangat wajar.

Sahabat, dari sini kita mengerti kenapa Nabi saw. sangat tegas dalam perkara shalat. Bahkan dia sampai mengatakan, bahwa ciri khas pembeda paling jelas antara muslim dan kafir adalah shalat.”
Sahabat, seperti apapun keadaan anda, janganlah tinggalkan shalat. Tidak pernahkah anda mendengar banyak orang yang tobat dari maksiatnya setelah mereka bersimpuh di hadapan tuhan dalam shalat? Meskipun maksiat belum bisa enyah seratus persen dari anda tetaplah tunaikan shalat. Suatu saat nanti shalat yang anda jaga itu akan menjaga anda, di dunia dan akhirat. Ok. Mari kita shalat!



بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

No comments:

Post a Comment